Manokwari, TP – Pandemi Corona Virus Disease -19 (Covid-19) yang melanda Indonesia, khususnya di Papua Barat sejak Maret 2020 telah membatasi segala aktifitas, termasuk kegiatan belajar mengajar di semua jenjang. Akibatnya, kegiatan belajar mengajar dilakukan tidak lagi secara langsung atau tatap muka, melainkan secara online atau daring.
Sekolah secara online dilaksanakan hampir di semua sekolah di seluruh daerah, baik itu daerah yang telah maju hingga di daerah yang belum memiliki jaringan yan`g memadai. Akibatnya, sekolah secara daring tidak optimal dijalankan karena tidak didukung oleh fasilitas maupun jaringan internet yang memadai.
Menanggapi sistem pendidikan yang dilaksanakan secara daring, Kepala Dinas Pendidikan Manokwari Selatan, Chris Mandacan mengakui, bahwa dari evaluasi kegiatan belajar mengajar secara daring berjalan tidap optimal, bahkan malah menyebabkan kualitas pendidikan di Manokwari Selatan menurun.
Menurutnya, sekolah secara daring yang dilaksanakan di Kabupaten Mansel selama ini malah memundurkan kualitas pendidikan. “Dari evaluasi yang dilakukan tentang sekolah di rumah kalau dari sisi kemajuan pendidikan di Indonesia, khususnya dari Papua Barat memprihatinkan di Mansel, karena murid-murid harus dipaksa menggunakan aplikasi, sementara daerah belum didukung fasilitas dan jaringan internet yang memadai. Tidak semua siswa memiliki HP Android,” jelas Chris kepada wartawan, Selasa (2/3).
Menurutnya, selain kurang didukung oleh fasilitas yang memadai, guru juga dipaksa untuk mengajar secara jarak jauh. Kondisi tersebut, menurutnya memicu menurunnya karakter anak. “Karakternya begitu kelihatan,” terangnya.
Menjelang pelaksanaan sekolah secara tatap muka, Waran mengaku senang. Namun, setiap sekolah wajib menerapkan protocol kesehatan. Selain itu, sistem kegiatan belajar mengajar juga harus diubah, yakni dengan pengurangan jam sekolah, hanya menjadi 2 jam, dan dilakukan hanya 2 kali masuk untuk setiap jenjang, yakni TK/PAUD, SD dan SMP.
“Proses kegiatan belajar mengajar harusnya dilaksanakan mulai Maret minggu kedua, dan setiap hari hanya 2 jam pelajaran. Tetapi, semua sekolah harus menerapkan protocol kesehatan untuk semua jenjang pendidikan kecuali SMK/SMA karena menjadi urusan provinsi. Dua jam dua kali seminggu. Misalnya SMP kelas satu senin, hari selasa kelas dua dan kelas tiga hari rabu. Berikutkan hari kamis kembali ke kelas satu begitu seterusnya,” terang Chris.
Menanggapi menurunya kualitas pendidikan, Chris melihat, lebih kepada menurunnya kompetensi guru, sebab di Kabupaten Mansel, tidak semua guru memiliki latar belakang pendidikan sebagai guru.
“Di Mansel, tidak ada akar, rotanpun jadi. Sebab, tidak semua guru memiliki sertifikasi guru. Oleh karena itu, Pemda Mansel telah memprogramkan kerjasama dengan Yayasan Muhammadiyah dalam meningkatkan kompetensi guru. Tahun ini ada sekitar 15 guru yang mengikuti pendidikan, dengan biaya ditanggung daerah,” pungkasnya. [K&K-R4]