Manokwari, TP – Basri (32 tahun) dan anaknya pelan-pelan berjalan keluar usai sholat Magrib di Masjid Al Falah AMD Wosi Manokwari. Di teras masjid, dia memperbaiki khimaar merah muda yang dikenakan anaknya sembari mengingatkan, jangan lari-lari dan pakai maskernya.
Jarum jam menunjukkan pukul 18.32 WIT. Dia tidak langsung pulang, meski istri tercinta Rila dan anak laki-lakinya yang masih balita sedang menunggu di indekosnya berjarak sekitar 50 meter dari masjid.
Bersarung hitam dengan stelan kaos warna putih, Basri yang menutupi rambutnya dengan peci hitam bergaris hijau, mulai melambatkan gerakannya lalu terduduk diam dengan masker hitam menutupi sebagian wajahnya.
Pelan-pelan bahunya disandarkan ditembok teras masjid sebelah kiri, paling pojok dari arah jalan masuk. Dia sesekali menegakkan badannya, matanya jelalatan mengawasi anak gadisnya yang sedang bermain dengan tiga teman bocah perempuannya di halaman masjid. Sementara beberapa jemaah lainnya silih berganti keluar, suara gemuruh dari langkah kaki, motor hingga mobil terdengar jelas satu persatu meninggalkan masjid.
Basri yang sedikit malu-malu saat ditemui Taburapos.com pada, Jumat (30/10/2020) menuturkan, dia setiap harinya bekerja sebagai tukang ojek di Manokwari, tapi dua hari ini dia sedang tidak bekerja. Motor tuanya harus diperbaiki karena masalah di ring piston dan businya, sementara uang saku tersisa hanya untuk kebutuhan rumah tangga dan bayar indekos bulan depan.
Sejak merebaknya pandemi Covid-19, katanya menambah jam kerja adalah keharusan, kadang berangkat dengan mentari dan pulang dengan rembulan. Namun sayangnya semangatnya belum mengubah pendapatannya.
Baginya Covid-19 menjadi momok menakutkan. Virus ini menyebar begitu cepat seperti malaikat pencabut nyawa, orang-orang resah, menderita dan dipaksa berdiam diri, karena jika keluar nyawanya bisa terancam. Mengandalkan doa yang panjang hanya itu yang bisa dilakukan.
Dari pengakuannya, dia pernah menerima berkat bantuan bahan pokok makanan, dari Satuan Kerja Khusus (SKK) Migas – Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) wilayah Papua Maluku (Pamalu) melalui perpanjangan tangan sebuah yayasan.
Dia beberapa kali melontarkan rasa syukurnya. Rupanya kolaborasi SKK Migas – KKKS Pamalu bersama pemerintah, tersirat jelas telah memberikan harapan kepada semua orang untuk tidak pesimis di tengah ketidakpastian Covid-19 saat ini.
Harapan ini bukan hanya isapan jempol belaka, SKK Migas – KKKS Pamalu telah berhasil memberikan jawaban yang lebih baik dan konsisten kepada semua orang, bahwa satu mimpi buruk akan berlalu. Gerakan melawan Covid-19 bukan tidak mungkin akan menjadi pengalamam mistis yang pernah di alami oleh SKK Migas dan KKKS Pamalu, namun resiko menentang keberadaan virus mematikan ini melalui bantuan yang disalurkan, telah menyadarkan masyarakat untuk seharusnya tidak menyerah.
Melihat kondisi saat ini, penyebaran wabah pandemi Covid-19 di Papua Barat memang belum sepenuhnya terkendali dengan baik, hal ini terbukti dengan jumlah kasus yang terus bertambah. Selain itu, realita akibat mewabahnya pandemi Covid-19, juga telah memaksa semua orang melarikan diri dari duniannya dan tidak mampu merealisasikan dirinya secara sungguh-sungguh.
Senyum manis seolah-olah hanya cara terbaik untuk mengelabui satu sama lain, begitu cara menyembunyikan keadaannya dari rasa gelisah.

Petualangan yang dilakukan SKK Migas – KKKS Pamalu hingga ke pelosok kampung di Papua Barat hanya untuk menyalurkan ribuan bantuan bahan pokok makanan telah mengabarkan kegembiraan.
Penderitaan masyarakat yang kebingungan untuk memenuhi kebutuhannya karena terancam Covid-19 kini d bayar lunas, bahkan telah membangkitkan keberanian di dalam diri manusia untuk mengubah dunianya, sehingga dengan cara demikian mereka bisa mengubah dirinya sendiri.
Gerakan SKK Migas – KKKS Pamalu merupakan contoh merangkum perlawanan terhadap Covid-19 yang terus menyebar. Memahami Covid-19 tentu harus menengok diri sendiri, dengan menguasai keadaan maka hal ini dapat di lalui. “Alhamdulillah, bersyukur, sangat bersyukur sekali masih ada yang membantu,” ucap Basri.
Malam semakin larut, adzan pertanda sholat Isya mulai berkumandang. Basri memelankan suaranya. Sebelum menghampiri anaknya, dia menyampaikan terima kasih dan apresiasi mendalam kepada SKK Migas – KKKS Pamalu. Memang tidak sepenuhnya, tapi itu sangat membantunya. “Sore-sore temanku menelpon, dia meminta aku menemuinya di pertigaan jalan lorong masuk rumahku. Turun dari motor, temanku menyodorkan karton setara dadaku, dia duduk di atas motornya saat itu. Aku menerimanya dan terasa berat. Katanya bantuan dari SKK Migas – KKKS Pamalu, aku menyalaminya dan kami berpisah. Tiba di rumah, istriku buru-buru membukanya, di dalamnya berisi berbagai macam bahan makanan. Sekali lagi, aku bersyukur tapi tidak bisa membalasnya, terima kasih SKK Migas,” pungkasnya. (AND)