Manokwari, TP – Mentari senja itu berarak dengan memendarkan cahaya kuning keemasan bercampur merah jingga yang terlihat di sepanjang Jl. Trikora, Wosi, Kabupaten Manokwari.
Cuaca pun berangsung-angsur berubah dari panas menjadi sejuk. Lalu lalang kendaraan roda dua maupun roda empat semakin ramai memadati kedua ruas jalan tersebut.
Nampak di teras halaman Toko Aneka Bangunan, Yevi Kani, seorang perempuan penjual saraba, sibuk menyiapkan bahan dasar, seperti gula merah, jahe merah dan kunyit untuk diolah menjadi minuman yang enak dan gurih.
Sesaat kemudian, dia duduk di kursi plastik berwarna biru muda sambil menatap jualannya. Ada kerinduan terpatri di lubuk hatinya tentang kedatangan pembeli untuk memborong saraba-nya. Namun sayang, kerinduan itu belum terobati, karena tidak seorang pun pembeli yang menghampiri tempat jualannya.
Senja pun mulai beranjak menuju malam dengan cahaya lampu listrik yang gemerlap menerangi teras. Sejumlah anak berusia belasan tahun, sedang asyik menikmati keremangan malam dengan bermain bola plastik di samping tempat jualannya.
Sesekali pandangan matanya diarahkan terhadap mereka yang sedang berkejaran bola ke sana dan ke mari dengan keringat bercucuran. Meski demikian, pikirannya masih terikat pada kunjungan pembeli untuk membagi rejeki dengan membeli saraba-nya.
Ditemui Tabura Pos, Minggu (25/10), ia mengaku kerinduan untuk hidup tanpa pandemi Covid-19, karena selama ini menyurutkan penghasilan sebagai penjual saraba di Kota Manokwari.
“Covid-19 merupakan musuh seluruh umat manusia di seantero jagat, karena sangat membahayakan kehidupan serta telah meluluhlantakkan perekonomian, terutama para pedagang kecil, termasuk saya,” tutur perempuan kelahiran Manado, Sulawesi Utara tersebut.
Ia menyebutkan, merebaknya pandemi Covid-19 di Manokwari, sudah menjadi ancaman besar terhadap penghasilannya setiap hari. Ada grafik penurunan yang signifikan, dari rata-rata Rp. 300.000 sampai Rp. 500.000 menjadi Rp. 50.000 sampai Rp. 100.000.
“Mendapatkan seratus ribu Rupiah di masa pandemi Covid-19 merupakan kebahagiaan luar biasa, karena dapat membantu pembiayaan sekolah ketiga anak saya, dimana dua orang di bangku kuliah dan satu orang lagi di bangku SD,” ungkapnya.
Dikatakannya, bekerja dengan menjual saraba adalah tugas yang harus tetap dijalankannya setiap hari, sehingga apa yang menjadi kebutuhan utama ketiga anak bisa terpenuhi secara baik.
“Ketiga anak saya adalah titipan Tuhan yang harus dijaga dan diperhatikan dengan cinta tak terhingga melalui jualan saraba. Dan, dari pendapatan ini akan dibagikan kepada mereka bertiga sesuai kebutuhan masing-masing,” jelas Yevi Kani.
Oleh sebab itu, di semilir angin malam ini, ia berkomitmen untuk tetap berjualan saraba demi membiayai ketiga anaknya dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan, seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan demi memutus mata rantai penularan Covid-19. [CR49-R1]