Manokwari, TP – Minat publik dan warganet di Papua Barat masih sangat minim untuk membaca atau menggali informasi tentang pelanggaran hak asasi manusia (HAM).
“Menurut teman-teman informasi yang paling penting itu apakah informasi tentang pelanggaran HAM atau tentang informasi tentang Miyabi? Saya rasa kita sepakat bahwa informasi HAM jauh lebih penting dibanding Miyabi,” kata Yosep Suprayogi, mantan jurnalis Tempo dalam diskusi online yang digelar Yayasan Auriga Nusantara, Rabu (15/7).
Namun, lanjut dia, ternyata isu Miyabi lebih diminati publik dibandingkan kasus HAM. Untuk itulah, ia berharap para jurnalis di Papua dan Papua Barat bisa merenungkan hal tersebut.
Sebab, ungkap dia, berdasarkan data yang dihimpunnya terkait waganet, lebih banyak mencari tentang Miyabi atau kasus lain.
“Ini yang seharusnya menggugah hati kita di Papua Barat sendiri, dimana masih banyak kasus pelanggaran HAM yang belum tuntas, tetapi yang paling banyak dicari publik di sana adalah Miyabi, sementara informasi kasus HAM sedikit. Hal itu sesuai data yang saya olah sesuai zona atau wilayah pengguna internet. Hasilnya adalah persentase pencari informasi terkait kasus HAM di Papua Barat lebih kecil ketimbang orang mencari infromasi Miyabi,” papar Suprayogi.
Ia mengatakan, seharusnya ini menjadi pertanyaan para jurnalis di Papua dan Papua Barat, dan tidak bisa menyalahkan publik. “Kita harus bertanya, apa yang kurang dari penyajian berita kita? Kejadiannya di wilayah kerja kita sendiri, apakah kurang menarik, apakah kurang mendalam? Silakan kita koreksi diri masing-masing,” harap dia.
Dirinya menyebutkan, kasus di atas adalah salah satu contoh yang benar-benar terjadi di era digital saat ini. Oleh sebab itu, ia mengatakan, peran jurnalis lebih dituntut supaya mampu mengolah data secara baik dan menyajikannya agar lebih menarik perhatian publik. [CR46-R1]