Manokwari, TP – Perhatian pemerintah daerah (pemda) terhadap anak berkebutuhan khusus dinilai masih sangat minim. Salah satunya, sejak puluhan tahun silam sampai sekarang, khusus di wilayah Manokwari, sama sekali tidak pernah ada rekrutmen calon pegawai negeri sipil (CPNS) untuk guru sekolah luar biasa (SLB).
Kepala SLB Panca Kasih, Amban, Manokwari, Emma Aya Teken, S.Pd mengungkapkan, sejak dirinya mengikuti tes CPNS pada 1989 silam, selama itu tidak pernah ada lagi penerimaan guru untuk SLB di Manokwari.
“Kalau Sorong atau Jayapura, sudah beberapa kali ada penerimaan. Sejak saya diangkat, di Manokwari tidak pernah. Tapi untuk Sorong sudah 2 kali penerimaan,” ungkap Emma Teken yang ditemui Tabura Pos di ruang kerjanya, pekan lalu.
Ia menerangkan, dengan keterbatasan guru SLB yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS), maka khusus di SLB Panca Kasih, dari 12 guru, hanya 1 orang yang berstatus PNS, sedangkan 11 guru lain berstatus tenaga honor.
Ditanya tentang gaji atau honor ke-11 guru itu, Emma Teken mengatakan, pada 2018 ini, mereka itu sudah terdaftar sebagai tenaga honor provinsi, sehingga mereka menjadi tanggung jawab provinsi.
“Ke depan, kita minta, mudah-mudahan berkelanjutan. Selama ini kan Yayasan (Yayasan Panca Kasih) yang berupaya. Kemudian, pada tahun 2018 ini, semua masuk sebagai tenaga honor daerah,” terangnya.
Dikatakan Emma Teken, informasi yang beredar, untuk tenaga honor yang berusia di atas 35 tahun akan diangkat, dan gajinya seperti pegawai negeri, tetapi tidak dipensiunkan. Sementara yang umurnya masih bisa diangkat menjadi pegawai negeri (di bawah 35 tahun), akan diangkat menjadi pegawai negeri sipil.
“Tapi mudah-mudahan ke depan, jangan sampai seperti burung sana bersiul begitu, lewat. Mudah-mudahan ya, karena pernah ada ngomong seperti itu, ya kita upayakan,” kata dia.
Disinggung apakah selama ini yang dirasakan bahwa pemerintah terkesan tidak memperhatikan guru yang mengajar di SLB, Emma Teken mengatakan, sangat tidak memperhatikan sama sekali.
“Itu dibuktikan dengan tidak pernah ada rekrut guru untuk SLB. Apalagi sekolah luar biasa, tidak pernah. Itulah yang tadi saya katakan, kenapa yang di Provinsi Papua bisa ada formasi untuk penerimaan, Sorong kenapa bisa menerima itu? Padahal, waktu kami masih di bawah naungan kabupaten, selalu kami kasih masuk laporan bulanan untuk meminta permohonan, baik ke Dinas Pendidikan maupun BKD, supaya pemerintah mungkin buka mata dan pikiran untuk ada formasi penerimaan guru SLB. Akhirnya karena bosan, bosan, bosan, tidak ditanggapi, ya sudah, tidak pernah lagi,” ungkapnya.
Ditambahkan Emma Teken, hanya jika ada kunjungan dari berbagai pihak ke SLB Panca Kasih, kekurangan itu disampaikan, meminta bantuan bapak dan ibu yang melakukan kunjungan. “Ya, kalau bisa ada perhatian untuk bisa bersuara ke pemerintah yang lebih di atas, mungkin ada formasi,” harap Emma Teken. [HEN-R1]