Manokwari, TP – Noken hasil karya mama-mama Papua dari suku yang ada di 7 wilayah adat Papua, yakni Mamta, Saereri, Ha’anim, Bomberai, Domberai, La Pago, dan Mee Pago, dipamerkan dalam Festival Rajut Anyam Noken Arfak di Kabupaten Manokwari, 3-4 Desember 2018.
Ketua Yayasan Gubuk Arfak yang juga penyelenggara Festival Noken Arfak, Septinus Maidodga mengatakan, dalam rangka Hari Noken, pihaknya mengundang mama-mama Papua dari 7 wilayah adat dari Sorong sampai Samarai untuk mengikuti pameran pada Festival Rajut Anyam Noken Arfak 2018.
Dia berharap kegiatan ini bisa mendorong semangat mama-mama Papua dalam merajut Noken sebagai sumber penghasilan dan yang paling penting, Noken sebagai budaya dan jati diri orang Papua yang harus terus dipertahankan eksistensinya.
Ditambahkan Maidodga, selain pameran dan longmarch, panitia juga menggelar sejumlah kegiatan, seperti seminar ilmiah dengan tema ‘Noken Politik dan Politik Noken’ yang dihadiri Titus Pekei selaku pencetus Noken Papua di Unesco, PBB, pemerintahan, DPRD, dan kalangan akademisi.
“Melalui seminar ini, kami hasilkan beberapa poin yang akan kami rekomendasikan ke pemerintahan Papua Barat dan kabupaten dan kota di Papua Barat,” ungkap Maidodga kepada para wartawan usai longmarch dari Lapangan Borarsi dan finish di GOR Sanggeng, Selasa (4/12).
Rekomendasi yang dimaksudkan, kata Maidodga, mendorong lahirnya peraturan daerah (perda) guna melindungi hasil karya mama-mama Papua dan perda tentang penggunaan Noken Papua di lingkungan pemerintahan di Papua Barat.
Selain itu, kata dia, mendorong pemerintahan Papua Barat untuk membangun galeri bagi mama-mama Papua sebagai pengrajin Noken. “Supaya mama-mama Papua tidak lagi menjual Noken di pinggir jalan. Poin terakhir adalah mendesak pemerintah terus mendukung penuh usaha mama-mama Papua dalam pemberdayaan merajut Noken Papua,” tuturnya.
Ia menyebutkan, sebagai bentuk dukungan dan mempertegas komitmen ini, setelah longmarch, panitia mempersilakan peserta pemeran dan longmarch membuat petisi pada kain putih yang dibentangkan di dinding GOR Sanggeng, Manokwari. Kegiatan selanjutnya, dalah malam pementasan seni budaya Papua dengan penampilan sejumlah musisi lokal Papua. [CR49***-R1]