Manokwari, TP – Kepala Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura, dan Pertanian, Provinsi Papua Barat, Jacob S. Fonataba mengatakan, tahun ini, pihaknya sudah melakukan beberapa program kegiatan yang bersumber APBN Tahun Anggaran 2018.
Ada beberapa bidang yang menangani programnya, yakni Bidang Tanaman Pangan, Bidang Holtikultura, dan Bidang Perkebunan serta infrastruktur pendukung.
“Kalau dana APBN lebih difokuskan pada komoditas padi, jagung, dan kedelai, mengingat komoditas strategis banyak dikonsumsi masyarakat yang menuju pada ketersediaan bahan pangan untuk masyarakat,” kata Fonataba kepada para wartawan usai menghadiri apel pagi di halaman Kantor Gubernur Papua Barat, kemarin.
Ia menambahkan, program kerja yang dibiayai dari APBD Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2018 yang disesuaikan dengan visi, misi, dan program strategis Gubernur Papua Barat.
“Kita lakukan program kerja yang langsung ke komoditas unggulan daerah yang menyentuh masyarakat asli Papua yang dialokasikan dalam dana Otonomi Khusus (Otsus). Misalnya keladi, sukun, pengembangan sayuran dataran tinggi di Kabupaten Pegunungan Arfak dan lainnya,” sebut Fonataba.
Untuk program swasembada pangan nasional ini, kata Fonataba, ada 8 kabupaten di Papua Barat yang produktif, tetapi pihaknya sedang mengembangkan di daerah baru, seperti Maybrat dan Tambrauw.
“Mereka sedang membuka lahan untuk dilakukan budidaya padi. Khusus untuk produksi beras di Papua Barat, kita baru mencapai 25 juta ton. Dari sisi kebutuhan konsumsi untuk Papua Barat hampir mencapai 55 juta ton. Jadi ada kesenjangan antara kebutuhan dan produksi. Inilah yang menyebabkan kita masih mendatangkan beras dari luar Papua Barat,” jelas Fonataba.
Disinggung tentang penyerapan APBD Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2018, khusus di Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura, dan Perkebunan, ia mengklaim penyerapan anggaran pada minggu sebelumnya sudah di atas 75 persen.
“Sementara yang masih kita lengkapi sekarang yakni pekerjaan fisik yang kontekstual, yakni harus didukung berita acara, foto konkrit di lapangan sebagai tanda bukti bahwa realisasi sudah benar-benar berjalan. Tidak hanya tranfer dana saja yang kita realisasikan, tetapi yang saya perlu realisasi fisik lapangan. Sebab, itu adalah indikator yang paling penting untuk menilai keberhasilan,” tukasnya. [FSM-R1]