Manokwari, TP – Bahaya narkotika dan obat-obatan terlarang, termasuk pengaruh lem Aibon, kini merajalela di Kabupaten Manokwari dan dijual bebas di toko. Untuk menangkal hal ini, PT Pertamina dan BNN sudah melakukan sosialisasi di SD YPK 05 Sanggeng, Manokwari, pekan lalu.
“Sangat penting kita melakukan edukasi tentang bahaya narkoba, zat adiktif, termasuk pengaruh lem Aibon terhadap anak sejak dini, karena jika di saat usia kecil saja sudah menghirup lem Aibon, bagaimana nanti masa depan anak tersebut,” terang Kabid Rehabilitasi BNN Perwakilan Provinsi Papua Barat, dr. Arianta Damanik yang ditemui Tabura Pos di Kantor BNN Perwakilan Provinsi Papua Barat, Sabtu (17/11).
Ia mengatakan, anak-anak merupakan generasi penerus dan tulang punggung bangsa. Apabila anak-anak sudah dihancurkan dengan lem Aibon atau narkotika, lanjut Arianta Damanik, mau dibawa ke mana bangsa ini. dikatakannya, sosialisasi yang dilaksanakan, Jumat (16/11), untuk mengedukasi anak-anak supaya mereka mengerti bahaya lem Aibon dan berani mengatakan tidak atau menolak jika ada temannya yang mengajak menghirup lem Aibon.
Di samping itu, ia menjelaskan, pihaknya mengajak anak-anak berani memberitahukan ke guru apabila melihat temannya menghirup lem Aibon supaya guru bisa menindaklanjuti dan mengajari anak-anak untuk mengenali ciri-ciri pengedar narkoba.
Mengenai pengawasan penjualan lem Aibon, Arianta Damanik mengaku, pihaknya sudah bekerja sama dengan Dinas Perindagkop untuk mengawasi penjualan lem Aibon di Manokwari.
“Kami juga mengeluarkan imbauan ke toko-toko agar penjualan lem Aibon dibatasi, hanya boleh dibeli orang tua dan perlu ditanyakan untuk keperluan apa. Tapi, ini hanya sebatas imbauan saja, belum ada sanksi tegasnya. Untuk itu, saya berharap pemerintah daerah secepatnya mengeluarkan perda atau regulasi untuk lem Aibon ini,” pinta Arianta Damanik.
Dirinya berharap semakin gencarnya sosialisasi, maka semakin kecil jumlah anak yang menjadi pecandu lem Aibon. Di samping itu, program sosialisasi seperti yang dilakukan PT Pertamina, jangan berhenti, tetapi harus berkelanjutan serta bersinergi dengan BNN Perwakilan Provinsi Papua Barat.
“Mungkin dengan membangun rumah rehabilitasi atau mobil konseling untuk menjangkau anak pecandu, menjemput, dan mengantar pulang setelah selesai konseling, seperti di Sumatera Selatan,” tambah Arianta Damanik.
Ia menuturkan, sosialisasi seperti ini dipandang sebagian orang sangat kecil, tetapi sosialisasi seperti ini membawa dampak sangat besar terhadap anak-anak generasi penerus bangsa. “Saat ini kita bukan berjuang melawan penjajah, tetapi kita berjuang melawan narkoba dan jenis lainnya yang bisa merusak otak dan masa depan anak,” tukasnya. [CR37-R1]